Rabu, 28 Agustus 2013

Legenda Roro Jonggrang, benarkah?



Terlepas dari kontroversi yang masih berkembang ditengah masyarakat, bahwa masih banyak orang yang meragukan kebenaran isi ceritera Legenda Puteri Roro (Loro) Jonggrang

Tidak berlebihan rasanya, jika Saya menuliskan kembali ceritera ini secara singkat sebagai bahan perbandingan dan pengetahuan, atau sebagai dongeng pengantar tidur

Benar atau tidaknya legenda ini, terpulang kembali kepada wawasan para pembaca

Legenda atau  Hikayat, adalah prosa ceritera rakyat yang dibuat pada jaman dahulu yang dikaitkan dengan asal usul terbentuknya suatu tempat, atau peristiwa penting, yang oleh sebagian orang setempat dimana ceritera ini pertama kalinya muncul, telah dianggap sebagai sesuatu yang benar-benar telah terjadi





Legenda Puteri Loro Jonggrang
Pada jaman dahulu di daerah Prambanan (Jawa Tengah) terdapat dua buah kerajaan, yaitu Kerajaan Pengging dan Keraton Ratu Boko

Kerajaan Pengging, wilayahnya subur dan makmur, dipimpin oleh raja yang bijaksana, bernama Prabu Damar Moyo, raja ini mempunyai anak laki-laki yang bernama Bandung Bondowoso

Sedangkan Keraton Ratu Boko yang wilayahnya masih berada dibawah kekuasaan Kerajaan Pengging, dipimpin oleh Prabu Boko yang angkara murka, raja ini mempunyai anak perempuan yang cantik jelita bernama Puteri Loro Jonggrang

Rencana makar atas kekuasaan Pengging pun disusun oleh Prabu Boko dan Patihnya (Gupolo), setelah dirasa cukup, perbekalan maupun jumlah prajurit, kemudian berangkatlah Prabu Boko dan pasukannya menuju Kerajaan Pengging untuk melakukan pemberontakan

Singkat ceritera, Prabu Boko tewas ditangan Raden Bandung Bondowoso, melihat rajanya telah tewas Patih Gupolo melarikan diri ke Keraton Boko, dan menceriterakan perihal tewasnya Sang raja kepada Puteri Loro Jonggrang

Bandung Bondowoso yang melakukan pengejaran terhadap Patih Gupolo dan sisa pasukannya yang melarikan diri, pada saat yang sama telah tiba pula di Keraton Boko
Bandung Bondowoso yang baru kali itu bertemu dengan Loro Jonggrang terkesima melihat kecantikan Sang Puteri, dan berniat memperisteri putri tersebut

Puteri Loro Jonggrang tentu saja menolaknya, karena ayahnya telah tewas dibunuh oleh Bandung Bondowoso

Karena terpaksa, Sang Puteri bersedia untuk dijadikan isteri, tetapi dengan syarat, dibuatkan sumur jala tunda, dan juga minta dibuatkan seribu candi dalam waktu satu malam

Bandung Bondowoso menyanggupi kedua permintaan puteri tersebut, pertama-tama dia membuat Sumur Jala Tunda, setelah selesai dia meminta sang puteri untuk melihat sumur yang telah dibuatnya

Kemudian puteri memerintahkan Bandung Bondowoso untuk masuk kedalam sumur, setelah masuk kedalam sumur, Patih Gupolo segera menimbun sumur tersebut dengan tanah dan batu

Bandung Bondowoso terkubur disumur, tetapi dia tidak mati dan dapat keluar dari sumur dengan selamat

Oleh Sang Puteri, Bandung Bondowo kemudian diminta untuk melakukan permintaan kedua yaitu membuat seribu candi

Dengan masih memendam rasa marah karena telah ditimbun tanah didalam sumur, Bandung Bondowoso segera mengumpulkan seluruh jin yang ada disitu untuk membangun seribu candi sebelum fajar tiba

Sementara candi dibuat, Puteri Loro Jonggrang, memerintahkan para gadis disekitar Prambanan untuk menumbuk padi dan membakar jerami, agar suasana kelihatan terang dan seakan pertanda pagi telah tiba, dan ayam jantanpun mulai berkokok bersahutan

Para Jin yang sedang bekerja segera melapor kepada Bandung Bondowoso, bahwa candi yang telah selesai dibuatnya  999 buah, hanya kurang satu saja lagi, dan mereka berhenti membuat candi karena hari telah menjelang pagi dan ayam jantan telah berkokok

Bandung Bondowoso yang mengetahui bahwa sebenarnya pagi hari belum datang dan dia merasa telah diperdaya oleh puteri, maka dia segera memanggil puteri untuk menghitung jumlah candi yang telah dibangun

Jumlah candi yang dihitung ternyata hanya 999 buah dan puteri tetap menolak untuk dipersunting, karena merasa ditipu dan dipermainkan maka Bandung Bondowoso marah dan mengutuk Puteri Loro Jonggrang

“Hai Loro Jonggrang karena jumlah candi ini kurang satu, maka engkaulah penggenapnya menjadi seribu”

Seketika itu juga Sang puteri tersebut menjadi batu




Didalam legenda ini juga diceriterakan juga karena marahnya, Bandung Bondowoso mengutuk para gadis disekitar Prambanan menjadi Perawan Tua, karena telah membantu Puteri Loro Jonggrang

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, orang yang berpacaran diarea Candi Prambanan (katanye) akan putus cintanya

1 komentar:

Icah Banjarmasin mengatakan...

Salut sama tulisan abang yang melestarikan Cerita Legenda agar tetap lestari..lanjtkan bang.